president Turkey Toyib Erdogan |
Bulan
Ramadhan kemarin saya yakin anda dikejutkan oleh pemberitaan tentang
normalisasi hubungan Turki dengan Rusia dan Israel. Kemudian sebagai loyalis
Erdogan pasti anda bertanya-tanya, ada apa dengan Turki, ada apa dengan
Erdogan? Bahkan para pembenci Erdogan mungkin menyemprot anda dengan kata-kata
yang menegangkan urat saraf anda; Erdogan penghianat, Erdogan munafik..dsb. Wala
haula wala quwwata illa billah.
Kadang
fenomena yang terlintas di depan mata kita tidak sampai menyentuh hati dan
pikiran kita, karena kita hanya melihat sesuatu dari sisi luarnya saja, tidak
pernah ingin tahu ada apa di balik sesuatu itu. Bahkan kita sendiri tidak
pernah menyadari kalau kita hidup di dunia yang tertata rapi, dan dikendalikan
oleh sebagian kecil dari penghuni dunia, karena kita hanya mengimani apa yang
tertangkap di depan mata.
Pada
prinsipnya, saya yakin Turki ingin tetap berdiri tegak, menunjukkan taringnya
kepada negara-negara besar yang mengancam kedaulatannya seperti Rusia, atau
kepada negara yang telah menindas saudara seimannya seperti Israel. Karena
kedua negara ini memang berhak mendapatkan gertakan atas pelanggaran yang telah
mereka lakukan.
Ketika
Turki pasang badan menghadapi arogansi Israel dalam insiden Mavi Marmara, semua
negara-negara adi daya berpihak kepada Israel, baik sekutu Turki di Eropa
ataupun di NATO. Sementara itu negara-negara Islam, berikut para pemimpinnya,
ulamanya, tokoh-tokohnya, para inteleknya--kecuali orang-orang yang dirahmati
Allah--membungkam seribu basa. Turki ditinggalkan sendirian oleh sekutunya di
negara-negara Barat, dan dibiarkan berjuang sendirian oleh saudara-saudara
seimannya di Dunia Islam. Maka demi menjaga kedaulatannya, dengan izin
saudaranya di Palestina, sekali lagi dengan izin saudaranya di Palestina, Turki
menormalisasi hubungannya dengan Israel, dengan syarat, sekali lagi dengan
syarat, Israel meminta maaf atas penyerangan Mavi Marmara, membayar ganti rugi
dan menghapuskan blokade Gaza.
Ketika
Turki menunjukkan harga dirinya, menggertak Rusia, dengan menembak pesawatnya
yang melanggar perbatasan Suriah- Turki, hingga menimbulkan ketegangan diantara
kedua negara kuat ini, yang berujung pada sangsi ekonomi dan diplomasi yang
ditimpakan Rusia kepada Turki, lagi-lagi Turki ditinggal sendirian oleh
sekutu-sekutunya di NATO ataupun negara-negara Eropa. Amerika yang memegang
kendali NATO nampak plin-plan untuk berpihak kepada Turki. Sebagaimana juga
Turki ditinggal berjuang sendirian oleh saudara-saudara seimannya dari
negara-negara Islam. Maka untuk menjaga kedaulatannya dan menjaga stabilitas
ekonomi dan politiknya, akhirnya Turki menormalisasi hubungannya dengan Rusia.
Apalagi
setealah terungkap bahwa milisi Turki yang menembak jatuh pesawat tempur Rusia
adalah orang yang berafiliasi kepada gerakan Gulen, Erdogan semakin memahami
bahwa ada permainan di balik insiden itu.
Sekarang,
negara yang telah banyak membela umat Islam yang tertindas ini, kembali sedang
dirong-rong musuhnya dengan upaya kudeta militer. Hingga sekarang Turki terus
diintai musuhnya dan juga negara-negara para penjual HAM untuk mencari celah
agar mereka bisa menghancurkan Turki setelah gagal kudeta, atau paling tidak,
mereka bisa menyelamatkan para bonekanya yang sedang terancam hukuman mati.
Oleh
karena itu, hari ini, Turki sangat membutuhkan dukungan internasional, terutama
dari saudara seimannya di negara-negara Islam, untuk menguatkan langkahnya, dan
menjaga maknawaiyatnya. Jangan lagi negara-negara Islam meninggalkan Turki
sendirian, sebagaimana telah meninggalkannya sendirian pada 2 peristiwa penting
sebelumnya.
Saya
termasuk orang yang sangat menyayangkan, bahkan kecewa dengan Indonesia yang
punya banyak ormas Islam, gerakan Islam, lembaga-lembaga kajian keislaman, tapi
nyaris tidak terdengar kicauannya--maksud saya sikapnya secara resmi. Kalau pemimpin kita yang mencla-mencle jelas
tidak perlu kita pertanyakan.
Uapaya
kudeta di Turki, bukan semata-mata masalah politik dalam negeri Turki, namun
lebih dari itu, ada persengkongkolan internasional yang ingin mengaborsi upaya
kebangkitan peradaban Islam. Maka sekali lagi jangan tinggalkan Turki berjuang sendirian
!
Wallahu
Alam Bissowwab.
By: Nurfarid
Bulan Ramadhan kemarin saya yakin anda dikejutkan oleh pemberitaan tentang normalisasi hubungan Turki dengan Rusia dan Israel. Kemudian sebagai loyalis Erdogan pasti anda bertanya-tanya, ada apa dengan Turki, ada apa dengan Erdogan? Bahkan para pembenci Erdogan mungkin menyemprot anda dengan kata-kata yang menegangkan urat saraf anda; Erdogan penghianat, Erdogan munafik..dsb. Wala haula wala quwwata illa billah.
Kadang
fenomena yang terlintas di depan mata kita tidak sampai menyentuh hati dan
pikiran kita, karena kita hanya melihat sesuatu dari sisi luarnya saja, tidak
pernah ingin tahu ada apa di balik sesuatu itu. Bahkan kita sendiri tidak
pernah menyadari kalau kita hidup di dunia yang tertata rapi, dan dikendalikan
oleh sebagian kecil dari penghuni dunia, karena kita hanya mengimani apa yang
tertangkap di depan mata.
Pada
prinsipnya, saya yakin Turki ingin tetap berdiri tegak, menunjukkan taringnya
kepada negara-negara besar yang mengancam kedaulatannya seperti Rusia, atau
kepada negara yang telah menindas saudara seimannya seperti Israel. Karena
kedua negara ini memang berhak mendapatkan gertakan atas pelanggaran yang telah
mereka lakukan.
Ketika
Turki pasang badan menghadapi arogansi Israel dalam insiden Mavi Marmara, semua
negara-negara adi daya berpihak kepada Israel, baik sekutu Turki di Eropa
ataupun di NATO. Sementara itu negara-negara Islam, berikut para pemimpinnya,
ulamanya, tokoh-tokohnya, para inteleknya--kecuali orang-orang yang dirahmati
Allah--membungkam seribu basa. Turki ditinggalkan sendirian oleh sekutunya di
negara-negara Barat, dan dibiarkan berjuang sendirian oleh saudara-saudara
seimannya di Dunia Islam. Maka demi menjaga kedaulatannya, dengan izin
saudaranya di Palestina, sekali lagi dengan izin saudaranya di Palestina, Turki
menormalisasi hubungannya dengan Israel, dengan syarat, sekali lagi dengan
syarat, Israel meminta maaf atas penyerangan Mavi Marmara, membayar ganti rugi
dan menghapuskan blokade Gaza.
Ketika
Turki menunjukkan harga dirinya, menggertak Rusia, dengan menembak pesawatnya
yang melanggar perbatasan Suriah- Turki, hingga menimbulkan ketegangan diantara
kedua negara kuat ini, yang berujung pada sangsi ekonomi dan diplomasi yang
ditimpakan Rusia kepada Turki, lagi-lagi Turki ditinggal sendirian oleh
sekutu-sekutunya di NATO ataupun negara-negara Eropa. Amerika yang memegang
kendali NATO nampak plin-plan untuk berpihak kepada Turki. Sebagaimana juga
Turki ditinggal berjuang sendirian oleh saudara-saudara seimannya dari
negara-negara Islam. Maka untuk menjaga kedaulatannya dan menjaga stabilitas
ekonomi dan politiknya, akhirnya Turki menormalisasi hubungannya dengan Rusia.
Apalagi
setealah terungkap bahwa milisi Turki yang menembak jatuh pesawat tempur Rusia
adalah orang yang berafiliasi kepada gerakan Gulen, Erdogan semakin memahami
bahwa ada permainan di balik insiden itu.
Sekarang,
negara yang telah banyak membela umat Islam yang tertindas ini, kembali sedang
dirong-rong musuhnya dengan upaya kudeta militer. Hingga sekarang Turki terus
diintai musuhnya dan juga negara-negara para penjual HAM untuk mencari celah
agar mereka bisa menghancurkan Turki setelah gagal kudeta, atau paling tidak,
mereka bisa menyelamatkan para bonekanya yang sedang terancam hukuman mati.
Oleh
karena itu, hari ini, Turki sangat membutuhkan dukungan internasional, terutama
dari saudara seimannya di negara-negara Islam, untuk menguatkan langkahnya, dan
menjaga maknawaiyatnya. Jangan lagi negara-negara Islam meninggalkan Turki
sendirian, sebagaimana telah meninggalkannya sendirian pada 2 peristiwa penting
sebelumnya.
Saya
termasuk orang yang sangat menyayangkan, bahkan kecewa dengan Indonesia yang
punya banyak ormas Islam, gerakan Islam, lembaga-lembaga kajian keislaman, tapi
nyaris tidak terdengar kicauannya--maksud saya sikapnya secara resmi. Kalau pemimpin kita yang mencla-mencle jelas
tidak perlu kita pertanyakan.
Uapaya
kudeta di Turki, bukan semata-mata masalah politik dalam negeri Turki, namun
lebih dari itu, ada persengkongkolan internasional yang ingin mengaborsi upaya
kebangkitan peradaban Islam. Maka sekali lagi jangan tinggalkan Turki berjuang sendirian
!
Wallahu
Alam Bissowwab.
By: Nurfarid
No comments:
Post a Comment